Wednesday, September 05, 2007

ITB Menuju Academic Excellent

Menuju academic excellent yang ingin ditempuh ITB dalam masa sekarang, banyak hal yang harus dikritisi terkait dengan berbagai kebijakan yang diambil ITB dalam mengatur mahasiswanya. Dalam kehidupan akademik ITB sehari-hari, sangat terasa bahwa ITB berperan tak ubahnya sebagai mesin yang melihat mahasiswa adalah sebagai sumber daya [resource], dan oleh karena itu harus diproses. Dengan inputnya mahasiswa baru, diproses untuk menghasilkan output yang diinginkan. Output yang dihasilkan ini harus sesuai dengan tujuan dengan parameter-parameter yang telah ditetapkan.

Organisasi sebagai mesin melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan oleh perancangnya, sedangkan organisasi sebagai mahluk hidup atau komunitas menetapkan dan mimiliki tujuan sendiri. Agar supaya efektif sebuah mesin harus dikendalikan oleh operatornya, dimana pihak yang berada di atas adalah orang yang merasa paling berkuasa atas organisasi. Sedangkan organisasi sebagai mahluk hidup atau komunitas dipengaruhi melaui proses interaksi yang mungkin saja mengubah orang yang mempengaruhi atau dipengaruhi, sehingga di dalamnya tidak ada orang yang merasa dirinyalah yang lebih berkuasa atas organisasi atau pihak lain di dalam organisasi.

Memandang organisasi sebagai mesin berarti melihat bahwa identitas organisasi dibuat oleh penciptanya, sedangkan memandang organisasi sebagai mahluk hidup berarti bahwa organisasi punya identitasnya sendiri. Dalam cara pandang organisasi sebagai mesin, aspirasi anggota, tata nilai, cita-cita, dan pekerjaan bermakna, merupakan isu yang tidak relevan. Sedangkan dalam cara pandang organisasi sebagai mahluk hidup atau komunitas, aspirasi anggota, cita-cita, tata nilai, dan pekerjaan bermakna, adalah isu besar1.

Oleh karena itu cara pandang terhadap ITB harus diubah menjadi sebuah organisasi komunitas yang didalamnya manusia-manusia mengembangkan dirinya dengan cara diperlakukan sebagai manusia yang utuh, dihormati seluruh dimensi kemanusiannya, termasuk didalamnya cita-citanya, nilai-nilainya, hati-nuraninya, kepercayaan dirinya, dan semangat belajarnya. Mahasiswa harus diperlakukan sebagai subjek dari sistem ITB, bukan hanya sebagai objek penderita seperti yang selama ini terjadi.

Sudah cukup keluhan dari dunia industri bahwa banyak mahasiswa ITB mempunyai kekurangan dalam soft skill dan karaketer mereka. Hal ini terjadi karena selama di ITB, mereka diperlakukan sebagai input sebuah mesin dimana didalamnya harus mengikuti semua mekanisme produksi untuk keluar sebagai output. Masalah terjadi karena selama masa kuliah, para mahasiswa sudah terlalu sibuk untuk mengerjakan tugas, membuat laporan praktikum, dan mengejar materi ujian, sehingga waktu untuk mengembangkan diri di bidang lain menjadi sangat terbatas, ditambah lagi kenyataan bahwa ITB sangat kurang memperhatikan masalah soft skill dan karakter mahasiswanya.

Untuk mencapai academic excellent, parameter keberhasilan sebuah sistem pendidikan tidak hanya berupa Indeks Prestasi (IP), tapi lebih jauh lagi, parameter harus diubah ke bentuk yang lebih luas. Dalam bidang akademik, mahasiswa bukan hanya mengerti tentang mata kuliah, tapi lebih jauh lagi bagaimana ITB bisa membangun militansi akademik [meminjam istilah Ir. Hermawan K Dipoyono MSEE PhD, Ketua Program Studi Teknik Fisika 2 ], yang secara kasar dapat digambarkan sebagai seseorang yang tanpa pamrih akan melakukan apapun untuk memperjuangkan pengembangan ilmu pengetahuan yang sedang digelutinya. Diluar akademik, mahasiswa ITB juga harus mempunyai karakter, community awareness, dan soft skills yang bagus seperti communication, managerial, dan leadership.

Kita harus bisa memandang pengembangan akademik, community awareness, karakter , dan soft skill sebagai sebuah satu kesatuan, jika salah satu kurang maka akan cacat. Pendidikan yang baik tentang akademik, community awareness, karakter, dan soft skill hanya bisa dilakukan pada institusi pendidikan yang berbentuk sebagai organisasi komunitas, bukan organisasi mesin, karena hanya organisasi komunitas yang bisa memperlakukan manusia sebagai manusia seutuhnya sehingga proses belajar adalah proses menemukan jati dirinya, misi, dan visi hidupnya, dan proses belajar dilakukan secara bersama-sama, baik oleh dosen atau mahasiswa.

Academic excellent adalah suatu kemampuan untuk memaksimalkan potensi akademik [berupa ilmu pengetahuan] yang dimiliki untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat, hal ini hanya bisa tercapai dengan kemampuan akademik, community awareness, karakter, dan soft skill yang kuat. Dengan demikian kita bisa berharap banyak, di masa mendatang, mantan-mantan mahasiswa ITB bukan hanya menjadi generasi-generasi pengisi lowongan kerja, tetapi akan menjadi pelopor pembaharuan dan perbaikan bagi bangsa ini.


1 Raka, Gede. Menggaris-Bawahi Peran Idealisme, Karakter Dan Komunitas Dalam Transformasi Institusi. Yang disampaikan sebagai Pidato Ilmiah pada Sidang Terbuka Peringatan Dies Natalis ke 44 Institut Teknologi Bandung tanggal 2 Maret 2003 di ITB.

2 Dari berbagai pertemuan dengan beliau saat persiapan LPIK 2006.