“Bukan ketika keinginan seseorang tidak bisa tercapai, akan tetapi yang paling berbahaya adalah ketika keinginan seseorang tersebut terpenuhi” [Quote dari seseorang, tp gw lupa, hehe]
Mungkin kata-kata tersebut buat beberapa orang agak aneh bagi yang tidak setuju yang akan beralasan bahwa orang akan depresi jika keinginan tercapai. Memang benar bahwa depresi atau bahkan putus asa bisa diakibatkan oleh tidak tercapainya keinginan. Akan tetapi, bahaya yang lebih besar justru mengintai jika keinginan tersebut tercapai. Maksudnya seperti apa? Mungkin bisa saya gambarkan seperti ini:
Pasti kita mengenal beberapa orang yang justru hidupnya hancur atau terpuruk ketika dirinya berada dalam puncak kesuksesan. Sebutlah beberapa artis yang tertangkap memakai narkotik, atau bahkan mengedarkannya. Mereka tentu mengerti dan memahami resiko yang akan didapat jika bermain-main narkotik. Baik resiko kesehatan, keuangan, maupun resiko hukum. Kita mungkin bertanya-tanya, apa yang membuat orang2 seperti itu terjebak narkotik?
Jawabnya, mungkin bisa kita ambil dari buku Built To Last. Disana disebutkan bahwa banyak perusahaan yang kolaps, justru saat berada di titik puncak pertumbuhan. Artinya adalah, bahwa perusahaan justru mengalami kemunduran saat perusahaan tersebut berada di puncak kejayaan, atau pada perusahaan-perusahaan tersebut, titik kolaps adalah titik puncak pertumbuhan. Kok bisa? Karena, secara sederhana, dapat dijelaskan hal itu disebabkan saat perusahaan berada di puncak pertumbuhan, perusahaan itu tidak tahu harus tumbuh kemana lagi. Sedangkan sesuai hukum pasar, ketika suatu perusahaan tidak naik ke atas, maka ia sedang turun ke bawah.
Contoh paling tepat adalah General Electric (GE). Saat Jack Welch jadi CEO (kira2 akhir 80-an), GE adalah perusahaan yang sangat besar dan sehat. Jumlah unit bisnis adalah 250 buah dan keuntungannya pun sangat besar. Orang lain mungkin menganggap bahwa GE saat itu hanya perlu penyempurnaan di berbagai sisi, dan bahkan mungkin menambah unit bisnisnya. Akan tetapi, Jack Welch melihat berbeda. GE, bagi Jack Welch, seperti dinosaurus yang besar, gemuk, malas, dan lambat. Sehingga lambat laun akan punah karena tidak bisa bersaing dengan perusahaan lain karena situasi bisnis di masa depan yang membutuhkan kecepatan dan inovasi. Akhirnya, GE dirombak oleh Jack Welch. Unit bisnis dipotong menjadi 150, yaitu hanya unit bisnis yang berada pada posisi pertama atau kedua yang dipertahankan. Struktur perusahaan dirampingkan dan banyak pegawai GE yang dirumahkan agar kinerja GE lebih efektif dan efisien. Banyak yang menentang kebijakan ini, akan tetapi 10 tahun setelah Jack Welch menjadi CEO, GE menjadi perusahaan yang sangat efisien dan menguntungkan, dengan keuntungan terbesar sepanjang sejarah GE.
Cerita tentang GE, adalah contoh nyata tentang kekuatan sebuah visi. Yaitu visi yang membedakan sebuah perusahaan Good atau perusahaan Great. Sebelum era Jack Welch,GE adalah sebuah perusahaan yang bertaraf Good. Dengan menjadi Good, tidaklah cukup, karena lambat laun akan termakan oleh pesaing yang bisa berlari lebih kencang, bekerja lebih efisien, dan lebih inovatif. Diubahlah paradigma dalam GE dengan menekankan pentingnya visi ke depan yang melampaui betas-batas kemampuan diri, sehingga akan bertransformasi menjadi GREAT.Oleh karena itu, dalam hidup, kita hendaknya mempunyai visi yang layak. Berarti ada visi yang tidak layak dong? Iya. Contohnya adalah, ingin menjadi presiden, ingin memiliki istri yang cantik, pandai dan solehah, atau ingin memiliki mobil ferrari. Tidak ada yang salah dengan visi-visi itu, akan tetapi akan lebih baik jika visi itu dikonversi menjadi : Ingin mengabdikan diri pada negara, sehingga menjadi presiden adalah salah satu cara (Kalau udah pernah jadi presiden dan ga bisa mencalonkan lagi, terus mau ngapain?). Ingin menjadi kepala keluarga yang bisa menjadi contoh yang baik bagi keluarga dan masyarakat, sehingga istri yang cantik, pandai, dan solehah adalah salah satu cara (Kalau istrinya tiba-tiba terlibat kecelakaan mobil sehingga tidak cantik dan pintar lagi gimana coba? Apakah selingkuh?). Ingin mempunyai harta yang berlimpah sehingga bisa membantu sesama, sehingga tidak merasa perlu memiliki mobil ferrari karena kebahagiaan adalah saat memberikan sesuatu bagi sesama.
Contoh lainnya...Bagi lelaki, secara umum dapat dikatakan bahwa hal yang selalu dinginkan adalah harta, tahta, dan wanita. Maka tak heran jika ada seorang yang kaya, terkenal, dan punya istri yang cantik, tapi orang itu kemudian selingkuh. Penyebabnya adalah karena semua kekayaan, ketenaran, dan istrinya yang cantik itu tidak membuatnya bahagia. Kekayaan, ketenaran, dan istri yang cantik hanya memberikan orang itu kesenangan. Akan tetapi hidupnya terasa hampa karena semua yang diinginkannya telah didapatkan sehingga tidak ada lagi yang harus dikejarnya. Jadilah orang itu depresi yang diakibatkan justru karena hidupnya tidak ada lagi tantangan dan lebih jauh lagi dirinya tidak merasa hidup.
Intinya adalah, visi bukanlah setinggi gunung atau sedalam lautan, akan tetapi lihatlah cakrawala. Artinya, jika visi itu setinggi gunung, ketika kita bisa mendaki puncak gunung tertinggi, maka kita akan berhenti. Jika visi itu sedalam lautan, saat kita bisa mencapai palung terdalam, kita akan berhenti. Jika visi itu adalah cakrawala, kita tidak akan pernah berhenti untuk mengejarnya. Tentu kita tidak akan mencapai cakrawala, tapi efeknya adalah kita akan senantiasa memperbaiki diri. Dan visi yang layak adalah, ketika visi itu bisa memberikan manfaaat yang sebesar-besarnya bagi sesama. Dalam melihat cakrawala, apakah kita tidak boleh mendaki gunung atau menyelam ke laut terdalam? Justru gunung atau lautan itu hanyalah sasaran antara atau target sementara kita. Target utama adalah yang berada di cakrawala. Contohnya, jika pengen jadi atlet sepakbola, janganlah memasang target untuk menjadi juara dunia dan pemain terbaik dunia, tapi pasanglah target untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik di dunia, kalahkan kehebatan Pele atau Maradona! Untuk menuju kesana pasti ada sasaran antara, jadi juara dan pemain terbaik di negara, lalu jadi juara dan pemain terbaik di regional, lalu juara dan pemain terbaik dunia.
Sekarang, bagaimana jika keinginan-keinginan kita tidak tercapai? Hal yang harus diingat adalah, bahwa Tuhan menciptakan kita dengan sebuah alasan yang besar, bukan alasan main-main. God always has a good reason. Dan Tuhan pasti bertanggung jawab atas hidup kita. Jika belum tercapai, mungkin caranya tidak benar, mungkin usahanya belum cukup, atau mungkin kita salah menetapkan tujuan. Dalam rangka mencapai tujuan, terdapat tiga hal yang harus dilakukan. Pertama, kenali diri sendiri. Kedua, tetapkan tujuan. Ketiga, berusaha dengan keras menggunakan jalan dan cara yang tepat agar kita bisa berkembang dan akhirnya kita mencapai tujuan itu.
Gagal bagi orang yang positif, berarti bahwa itu adalah titik dimana kita harus introspeksi terhadap diri, melihat lagi tujuan, memeriksa lagi jalan dan cara yang telah ditempuh. Gagal, meminjam istilah dalam sistem control, merupakan feedback untuk mengoreksi set point dan fungsi transfer yang kita rancang. Gagal adalah titik terbaik untuk melihat ke belakang dan ke depan. Melihat apakah kita sudah cukup kuat dan bijak. Mengamati apakah tujuan-tujuan kita sudah benar dan layak. Memeriksa apakah jalan dan caranya sudah tepat. Gagal adalah tentang menjadi menang dan berhasil dalam arti yang sebenarnya. Karena jika menang terus, maka seperti sebuah mobil tanpa rem. Jika tujuan, jalan, dan caranya benar, akan tidak ada masalah jika mobil tanpa menggunakan rem. Akan tetapi jika ada ketidakberesan, maka bisa saja berhenti di tujuan yang salah, dan ketika sadar, semuanya sudah terlambat bagi kita untuk berputar balik dan memompa semangat lagi.
-Hidup adalah tentang pengabdian, yaitu pengabdian kepada sesama dan lingkungannya.-