Kau tanam benihnya di ladang hatimu
Setiap detik kau tunggui benih itu
Kau saksikan akarnya tumbuh siap menerjang setiap laju
Kau airi dari setiap tetesan air mata
Agar bertahan dari kerontang yang mendera
Tangan-tangan penuh luka kau bentangkan
Untuk melindungi dari angin yang menerpa
Lalu dia yang kepadanya tanaman itu kau persembahkan
Datang dan bertanya
Sejujurnya aku terganggu oleh keberadaan tanamanmu
Maukah kau bunuh itu?
Aku akan lakukan apa pun untukmu, pikirmu
Bahkan yang tak mungkin pun engkau mau
Kau petik satu demi satu daunnya
Kau pangkas setiap inci batangnya
Kau cabut setiap helai akarnya
Kau biarkan mengering dan merana
Akhirnya kau bakar mereka
Dan ke laut kau sebarkan abunya
Hingga suatu saat tiada lagi di hatimu jejak dirinya
Dengan wajahnya yang selalu cantik dia datang tiba-tiba
Aku merindukan teduhnya tanamanmu itu
Maukah kau hidupkan kembali untukku?
Aku akan lakukan apa pun untukmu, pikirmu
Bahkan yang tak mungkin pun engkau mau
Bahkan yang tak mungkin pun engkau mau
Bisakah kau bantu kumpulkan serpihan abu di lautan luas? tanyamu
Akan aku dayungkan sampan untukmu
Dan dia pun tersedu di bahumu
Tapi itu tiada arti lagi bagimu