Friday, July 09, 2010

Jerman vs Spanyol (serta Barcelona vs Inter)

Spanyol menggunakan sistem possession football dengan umpan-umpan pendek (disebut juga tiki-taka, atau orang Inggris menyebutnya tippy-tappy). Keywordnya adalah quick pass & one touch. Sistem ini adalah pengembangan dari totaal football yang dibawa oleh Johan Cruyff ke Barcelona. Dan memang tim Spanyol sekarang adalah sangat identik dengan tim Barcelona, bahkan ada yang menyebutnya sebagai Barcelona jilid 2, seperti halnya Jerman sangat identik dengan Bayern Munchen.
Jadi, nyawa dari tim Spanyol adalah menguasai bola sebanyak mungkin, bahkan Iniesta sendiri mengatakan bahwa pemain Spanyol tidak akan nyaman bermain bola jika tidak memegang bola, sehingga mereka akan berusaha sekuat tenaga bagaimana untuk bisa memegang bola selama mungkin.

Tidak semua negara bisa menggunakan sistem yang dipakai Spanyol karena butuh skill yang ekstra tinggi, skema permainan yang rumit dan detail, kerjasama yang dibangun sejak lama sekali karena membutuhkan kekompakan yang luar biasa, dan stamina yang lebih karena pemain jadi banyak bergerak. Hampir semua pelatih di WC 2010 mengatakan bahwa tim Spanyol mempunyai generasi pemain paling baik di turnamen, bukan hanya tim starter-nya saja, tetapi tim cadangannya pun berkualitas sama dan bahkan mempunyai karakter yang berbeda sehingga bisa memberikan perbedaan skema permainan jika tim Spanyol menemui jalan buntu. Contohnya, skema permainan akan berbeda jika menggunakan Pedro atau Fabregas yang lebih bermain ke tengah dengan jika menggunakan David Silva & Jesus Navas yang merupakan pemain sayap murni yang bermain melebar.

Kelebihan dari skema permainan ini adalah struktur aliran bola yang sangat rapi dari belakang ke depan sehingga enak dilihat dan hasilnya adalah tim Spanyol akan lebih banyak menekan lawan-lawannya sehingga lawan bisa stress. Motto "a goal is the last passing" yang dikeluarkan oleh Johan Cruyff ketika melatih Barcelona mencerminkan betul betapa Spanyol sangat bagus dalam passing dan pergerakan pemain.
Kelemahan sistem ini, salah satunya adalah posisi pemain bisa menjadi agak acak karena harus bergerak kesana-kemari, sehingga bisa kewalahan jika harus menghadapi serangan balik yang cepat. Kelemahan yang lain adalah stamina yang bisa terkuras ketika mendekati akhir permainan karena pemain Spanyol lebih banyak bergerak.

Pola permainan Jerman sebenarnya sangat simpel, yaitu bertahan bersama-sama dan menyerang bersama-sama. Keywordnya adalah steady-wave (baik dalam menyerang maupun bertahan), stamina yang kuat, dan disiplin dalam bermain. Jerman tidak mengandalkan kualitas individu, tetapi lebih kepada strategi bermain, oleh karenanya dinamakan text-book football. Jerman sangat menghindari kesalahan individu seperti salah mengumpan, marking dari sisi yang salah, dan penempatan posisi yang tidak tepat. Tetapi pemain Jerman sekarang berbeda dengan sebelum-sebelumnya karena ada beberapa pemain yang mempunyai skill tinggi dan bisa mem-drible bola dengan baik (seperti Lahm, Schweinsteiger, Marko Marin, dan Ozil). Mereka bertahan dengan sangat disiplin, dan menyerang dengan cermat. Motto "a machinist will not stop the train before the last station" sangat dijiwai oleh semua pemain Jerman.

Jika Spanyol bermain agak "berputar-putar" dan Inggris bermain ekstra cepat, maka Jerman akan bermain dengan sabar, langsung menuju ke area lawan, berdasarkan skema yang sudah dilatih, dan dalam tempo yang tetap.

Dalam kasus Spanyol vs Serbia, kelemahan Spanyol dalam serangan balik bisa dimanfaatkan betul oleh Serbia. Sehingga Del Bosque sebagai pelatih tim Spanyol memperbaiki dengan salah satunya caranya adalah menempatkan Xabi Alonso lebih dalam ke garis pertahanan untuk menahan laju bola.

Dalam kasus Spanyol vs Jerman, memang Spanyol berhasil menggunakan kelebihan mereka dalam skill individu, penguasaan bola, dan pengalaman (tim Spanyol adalan tim yang hampir sama dengan saat menjuarai piala eropa 2008, sedangkan tim Jerman sekarang lebih banyak pemain timnas U-21 yang menjuarai piala eropa U-21 tahun lalu). Jerman cukup bisa mengimbangi dan merusak permainan Spanyol sehingga kita bisa melihat bahwa Spanyol sebenarnya tidak cukup banyak memegang bola karena penguasaannya hanya 51% (Spanyol dan Barcelona sering mempunyai penguasaan bola lebih dari 60%), sehingga bisa dikatakan cukup beruntung mempunyai duet maut Xavi-Puyol yang memang di Barcelona sudah cukup sering mereka berdua sukses menjalankan set-piece dimana Xavi menendang sepak pojok dan Puyol muncul dari Belakang. Sedangkan Jerman justru gagal mengembangkan permainan kolektif mereka dalam serangan balik yang cepat, efektif, dan cermat. Sebabnya mungkin karena Ozil memang mempunyai stamina yang kurang baik dan Klose sedang kurang fit.


Dalam kasus Barcelona vs Inter, tentu tidak bisa dipisahkan dari seorang Jose Mourinho. Jose Mourinho sebenarnya adalah penganut sistem sepakbola Jerman, ditambah sentuhan lain dengan menggunakan pemain kreatif (seperti Deco di Porto dan Sneijder di Inter). Pertahanan adalah kunci dari sepakbola, seperti halnya yang diyakini oleh Capello.
Inter menggunakan formasi 4-5-1 dimana ketika bertahan akan menjadi 8-1-1 yaitu menumpuk 8 pemain bertahan (4 bek dan 4 DM; bahkan Eto'o yang striker pun dipaksa menjadi DM), 1 pemain tengah (Sneijder), dan 1 striker (Milito). Bahkan ketika bermain di Nou Camp, Mourinho menurunkan 5 bek. Ketika menyerang, formasinya berubah menjadi 6-2-1-1.

Barcelona yang menggunakan umpan pendek dan cepat diatasi dengan memasang pertahanan sangat rapat dan disiplin. Hal ini dimungkinkan karena Inter mempunyai bek yang sangat berpengalaman dalam diri Lucio, Maicon, Walter Samuel, Zanetti, dan Chivu, serta pemain DM yang tangguh seperti Cambiasso, Thiago Motta.
Sayangnya Barcelona tidak mempunyai plan B saat membentur tembok pertahanan Inter, yaitu Barcelona memasang pemain sayap yang cenderung ke tengah (Iniesta & Pedro), tidak seperti timnas Spanyol yang memiliki alternatif lain pada Jesus Navas dan Silva yang merupakan pemain sayap murni dan bermain melebar.
Kelemahan Barcelona dalam serangan balik dimanfaatkan betul oleh Inter dengan kerjasama yang apik antara Sneijder dan Milito.

Sejarah pertemuan Mourinho dengan Barcelona dimulai saat masih di Chelsea pada Liga Champion musim 2005-2006 dengan kekalahan Mourinho, Liga Champion musim 2008-2009 juga dengan kekalahan Mourinho, dan saat di Inter pada Liga Champion musim 2009-2010 dengan kemenangan di pihak Mourinho.

Di sisi ini Mourinho terpaksa menelan ludahnya sendiri karena setelah Chelsea vs Tottenham Hotspur September 2004 yang berakhir 0 - 0, ia berkata, "As we say in Portugal, they brought the bus and they left the bus in front of the goal. I would have been frustrated if I had been a supporter who paid £50 to watch this game because Spurs came to defend. There was only one team looking to win, they only came not to concede - it's not fair for the football we played".

Kali ini Mouriho lah yang memarkir bus di depan gawangnya.


salam,

2010 07 08

No comments:

Post a Comment