Saturday, May 22, 2010

Just Curious,,,

Manusia mempunyai organ-organ tubuh yang menunjang kelangsungan hidupnya. Organ-organ ini mempunyai tugas yang spesifik dan berkoordinasi secara sempurna.
Untuk bisa hidup secara nyaman secara fisik, manusia hidup berdasarkan dua aturan.

Aturan pertama adalah, manusia hidup berdasarkan range tertentu.

Misalnya, dalam hal suhu udara, manusia yang terbiasa hidup di lingkungan tropis (panas) akan mengalami kesulitan hidup di lingkungan dingin seperti eropa saat musim dingin atau kutub utara. Yang lain lagi, dalam hal mengangkat beban; seseorang yang kurang berlatih atau beraktifitas mengangkat beban, akan kesulitan mengangkat beban, walaupun mungkin hanya 30kg atau 40kg. Juga orang yang jarang berlatih akan kesulitan jika harus bermain sepakbola 2 x 45 menit. Bagi mereka yang terbiasa hidup di kota dengan segala fasilitas yang ada pasti akan kesulitan jika tiba-tiba harus hidup di hutan tanpa persiapan mental dan skill yang cukup. Contoh-contoh ini membuktikan bahwa manusia hidup pada range tertentu.
Range ini dipengaruhi terutama oleh kebiasaan kita. Ya kebiasaan. Kita pasti pernah atau bahkan sering mendengar atau membaca bahwa awalnya kita yang membentuk kebiasaan, dan kemudian kebiasaan itu yang akan membentuk kita.

Aturan kedua adalah, manusia adalah makhluk yang sangat pandai beradaptasi.

Manusia bisa hidup dari lingkungan yang paling dingin di daerah kutub utara, sampai ke lingkungan paling panas di gurung Sahara. Manusia bisa hidup dari yang hampir tidak pernah olahraga sehingga obesitas, sampai yang hidupnya selalu dipenuhi aktifitas mengangkut beban macam kuli angkut di pelabuhan dan pasar. Manusia bisa hidup di daerah pantai yang panas dan lembab, dan juga di daerah pegunungan seperti Tibet yang kering dan dingin. Artinya, bahwa manusia bisa hidup di manapun karena pandai beradaptasi. Jika hewan hanya mengandalkan insting dan "fasilitas" di fisiknya seperti bulu, maka manusia bisa menyelesaikan masalahnya menggunakan akal dan kreativitasnya.

Pertanyaan pertama, apakah manusia bisa hidup di kedua lingkungan yang ekstrim?

Jawabnya adalah bisa, tentu dengan periode adaptasi tertentu. Orang yang terbiasa hidup di lingkungan tropis akan membutuhkan waktu beberapa hari untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan di Rusia yang dingin dan kering. Begitu pula dengan orang eskimo, pasti shock begitu ditaruh di gurun Sahara.
Proses adaptasi membutuhkan perjuangan. Kadang disertai rasa sakit, baik fisik maupun mental. Tetapi bukan berarti tidak bisa.

Proses adaptasi yang lebih mudah dilakukan adalah jika beralih dari lingkungan yang "kurang nyaman", ke lingkungan yang "lebih nyaman". Misalnya dari lingkungan Afrika yang panas & kering, ke lingkungan tropis yang lebih sejuk dan basah semacam Indonesia. Atau misalnya dari daerah kumuh dan penuh kriminal di Honduras, pindah ke California yang jauh lebih teratur dan bersih.


Nah, ini memunculkan pertanyaan kedua, jika manusia sudah mencapai keadaan nyamannya di daerah yang lebih nyaman seperti contoh di atas yaitu di Indonesia dan California, apakah ia masih punya "sense" terhadap lingkungan yang lama?

Maksudnya adalah, apakah ia akan dengan mudah juga untuk kembali hidup di lingkungan yang lama? Tentu ini debatable, tapi besar kemungkinan ia akan mengalami kesakitan yang luar biasa ketika harus kembali ke habitatnya yang lama.
Artinya adalah, bahwa ketika sudah mencapai kenyamanan pada level yang tinggi, akan susah bagi seseorang untuk kembali menjalani hidup ke level rendah, walaupun dulu pernah hidup di level tersebut. Hal ini bisa berarti susah dalam artian tubuh akan menolak, maupun kemauan tidak ada lagi.


Dari uraian di atas, bisa kiranya kita tarik kesimpulan yaitu seseorang akan mengerti betul bagaimana keadaan sebuah lingkungan jika ia tinggal di dalamnya. Orang Indonesia akan sangat mengerti tentang bagaimana lingkungan tropis dibanding orang eropa atau orang korea misalnya. Orang Afrika jauh lebih mengerti tentang mensiasati lingkungan yang ganas di sekitar mereka dibanding siapapun di dunia ini.

Tentu orang kutub utara akan susah diajak ngobrol tentang ganasnya lingkungan Afrika; orang Indonesia yang mengeluh tentang cuaca pasti akan bersyukur bahwa negeri ini sangat ramah terhadap manusia kalau diajak ke kutub utara yang dingin; begitu juga orang yang tinggal nyaman di Bali tidak akan "mudeng" kalau diajak ngobrol tentang susahnya hidup sebagai orang Papua. Orang yang hanya bisa bermain catur yang membutuhkan pikiran, pasti kesulitan jika diajak bermain bola yang memerlukan kemampuan fisik; begitu juga jika seseorang yang hanya memainkan basket, ia akan linglung kalau ditantang catur.

Dan kemudian akan sampai pada pertanyaan berikutnya.

Jika seseorang telah beralih ke lingkungan yang jauh lebih nyaman, akankah ia tetap bisa "mengerti" beratnya hidup di lingkungan yang lalu?
Maksudnya bukan hanya mengerti ia mengetahui, tetapi ia mempunyai empati.
Jawabannya bisa 2 macam.

Ada orang yang migrasi ke California kemudian lupa bagaimana rasanya tinggal di Honduras yang kumuh, miskin, dan penuh dengan kriminalitas. Untuk membantu saudaranya dan masyarakatnya di tempat asal, kecil kemungkinan ia akan melepaskan kenyamanan hidupnya di California dan kemudian berkarya di Honduras. Kemungkinan paling besar adalah ia mengirimkan sejumlah uang dan hadiah kepada saudara-saudaranya. Apakah saudara-saudara kandungnya cukup bahagia dengan uang kiriman tersebut, dan apakah ia bisa membantu tetangga-tetangganya yang lain, itu akan segera dilupakannya karena yang penting baginya adalah ia tetap nyaman dan tetap bisa membantu. Tidak peduli apakah bantuannya bermanfaat maksimal atau tidak.


Akan tetapi ada juga orang yang tetap menjaga agar dirinya tidak terlena di lingkungan yang nyaman, ia akan tetap bisa "merasakan" betapa tidak enaknya lingkungan yang dulu pernah ia hadapi. Dan orang seperti ini akan berusaha memperbaiki lingkungan yang tidak nyaman tersebut, atau mengajak saudara-saudaranya atau orang-orang yang pernah dikenalnya ke lingkungan yang lebih nyaman.

Orang ini, walaupun tinggal di lingkungan yang enak, ia tidak terlena dengan melalaikan latihan fisik, ia tidak terlena bermewah-mewahan dan menjauhkan dirinya dari kesederhanaan hidup.
Ketika ia tinggal di California, tidak hanya mengirimkan uang dan hadiah ke Honduras, tetapi ia juga mengorbankan kenyamanan hidupnya dengan menabung dan kembali ke tanah kelahirannya untuk memperbaiki keadaan.
Orang ini, adalah orang yang bisa menjaga nuraninya; ia tidak melupakan jasa sang angin ketika ia sudah bisa terbang.


Dari uraian bahwa manusia hidup dalam range tertentu dan manusia pandai beradaptasi, akhirnya kita sampai pada pertanyaan terakhir dan inti dari tulisan ini:


Jika seseorang mengaku (sampai sekarang masih) peduli pada kemiskinan dan kebodohan, tetapi terus-terusan enggan menanggalkan baju mewahnya, apakah ia jujur dan bukan sedang berfantasi?



Wallahu'alam.


-ismail-

No comments:

Post a Comment