Thursday, May 20, 2010

Ideologi Parpol; Masihkah Relevan?

Memperbincangkan ideologi, untuk saya, selalu menarik. Walaupun banyak yang mengatakan bahwa ideologi adalah kuno.

Definisi;
An ideology is a set of ideas that discusses one's goals, expectations, and actions.
A political ideology is a certain ethical set of ideals, principles, doctrines, myths, or symbols of a social movement, institution, class, and or large group that explains how society should work, and offers some political and cultural blueprint for a certain social order.

Hatta pernah menulis, bahwa demokrasi adalah tentang kedewasaan berpikir dan bertindak, bukan tentang kebebasan. Lebih lanjut, Hatta berpendapat bahwa politik adalah panggung untuk memperjuangkan ideologi yang diyakini dalam membangun sebuah masyarakat (society?).

Sedangkan yang sekarang terjadi adalah, sebagian besar parpol tidak jelas mengusung ideologi apa.
Parpol yang seharusnya menjadi salah satu pagar dalam menjaga nilai, malah menjadi sekedar mesin pengumpul suara, tanpa peduli lagi nilai-nilai seperti apa yang diusung dan kader partai seperti apa yang ingin dibentuk. Kabar tentang jupe dan maria eva akan dicalonkan menjadi pemimpin daerah adalah bukti atas hal ini.
Wajar jika ketika pemilu parpol lebih banyak bersuara tentang rakyat dan banyak yang "mengunjungi" rakyat, karena itulah yang efektif untuk mendulang suara. Dan ketika pemilu selesai, maka dimulailah episode sinetron dengan rakyat menjadi penonton atas tingkah polah para politisi berebut kuasa untuk diri mereka sendiri.

Partai berbasis massa memang cenderung mengedepankan image karena memang efektif untuk meraup suara. Seperti PNI dengan soekarno yang dicintai rakyatnya, dan yang paling baru adalah PD dengan SBY yang santun.
Sedangkan partai kader, cenderung mengedepankan ideologi. seperti Sutan Sjahrir dengan Partai Sosialis Indonesia (dengan beberapa tokoh PSI yang dikenal, seperti Subadio Sastrosastomo, Sutan Takdir Alisyahbana, Prof Sarbini Somawinata, Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo, dan Mochtar Lubis), dan mungkin sekarang bentuk partai kader ini sedang diperjuangkan oleh PKS. Partai kader mempunyai sistem nilai tertentu dan setiap orang yang ingin bergabung menjadi kader harus melewati tahapan rekrutmen. Di satu sisi partai kader ini sangat ideal, yaitu sebagai institusi penjaga nilai; akan tetapi, di sisi yang lain, kurang bisa menjadi mesin peraup suara.

Jadi, ketika kita komplain atas tindakan politisi atau parpol yang menurut kita "kurang berkenan", sebenarnya salah sasaran. Karena sejak awal memang sebagian besar parpol tidak memiliki sistem nilai. Mungkin kita saja yang sebenarnya naif, bahwa politik adalah tentang memperjuangkan nilai-nilai. Padahal mungkin mereka yang duduk dan berdiri disana hanya berpikir tentang kepentingan dirinya. Kejadian Bu SM, yang beberapa bulan sebelumnya dikatakan oleh SBY bahwa Bu SM adalah menteri favoritnya, "dipindah" ke WB, mengindikasikan hal ini.

Agak masuk akal jika kita komplain karena misalnya PDIP yang mendeklarasikan bahwa partainya adalah partai kerakyatan, ternyata lebih terlihat memperjuangkan kaum elit. Atau misalnya kita komplain atas kader PKS yang mendeklarasikan dirinya partai Islam, ternyata mempunyai masalah dengan perilaku kadernya.
Akan tetapi jika PD atau Golkar misalnya terkesan lebih peduli dengan kehidupan para penyandang dana kampanye mereka, apa yang akan kita komplain menjadi tidak relevan karena kita tidak jelas mengetahui bagaimana parpol tersebut "berpikir".

Menarik jika kita membaca tentang Amartya Sen yang mengusung ide corective justice. Memang faktanya tidak ada ideologi yang menjamin bahwa sistemnya akan benar-benar adil. Tetapi ide corective justice menurut saya tidak bertentangan dengan adanya ideologi.
Ideologi akan membuat seseorang atau institusi mempunyai pegangan, sehingga akan ada konsistensi dalam berpikir dan bertindak. Sedangkan corective justice, akan membuat seseorang atau institusi senantiasa mengoreksi dan memperbaiki ideologi yang mereka usung sehingga bisa cukup aplicable dalam mewujudkan cita-cita bersama, yaitu masyarakat yang adil.

*just my two cents.

salam,

ismail

No comments:

Post a Comment